skip to main |
skip to sidebar
Home
»
sejarah
»
Menapak Jejak Kebesaran Kerajaan Kediri dari Peninggalannya
Unknown || Selasa, 21 Mei 2013 || sejarah ||
Menapak Jejak Kebesaran Kerajaan Kediri dari Peninggalannya
Kediri - Kerajaan Kediri pernah mencapai kejayaan pada tahun 1135 -
1159 Masehi silam. Ribuan tahun berselang kebesaran tersebut masih dapat
ditemukan dari sejumlah peninggalannya, setelah sebelumnya seluruh aset
diyakini tenggelam akibat terkubur oleh material vulkanik yang
dimuntahkan sejumlah gunung berapi di sekitarnya.
Lazimnya
sejumlah peninggalan bersejarah, terutama dari zaman pra sejarah, tak
sedikit diantaranya yang memiliki kandungan cerita mistis.
Dalam catatan sejarah Kerajaan Kediri adalah penyatuan dari 2 kerajaan berbeda yang
sebenarnya terikat dalam persaudaraan, yaitu Panjalu dan Jenggala. Penyatunya adalah
Raja Jayabaya, yang selanjutnya juga dicatat sebagai raja paling sukses dalam capaian kebesaran tersebut.
Informasi yang berhasil dihimpun detiksurabaya.com menyebutkan, nama Kediri sendiri
pertama kali diketahui berdasarkan Prasasti Harinjing B yang ditafsir
ditulis pada tahun 842 S atau 921 Masehi. Isi prasasti yang menuliskan
Kediri adalah sisi verso (sisi belakang) baris ke enam belas, yaitu I
Sri Maharaja Mijil Angken Cetra Ka 3, I Sang Pamgat Asing Juru I Kadiri
Ri Wilang.
"Itu bahasa Sansekerta yang kalau diartikan kurang
lebihnya adalah Sri Maharaja setiap bulan Cetra tanggal 3, dan kepada
sang pamgat (penjamu orang) asing di Kadiri Desa Wilang," ungkap dosen
ilmu sejarah Universitas Nusantara PGRI Kota Kediri, Zainal Afandi, saat
berbincang dengan detiksurabaya.com, Senin (24/1/2011).
Sementara sejumlah peninggalan yang menandakan kebesaran Kerajaan
Kediri, dapat dijumpai diantaranya dari bangunan Pamuksan Sri Aji
Jayabaya yang dibangun di Desa
Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten
Kediri. Bangunan itu didirikan oleh Yayasan Hondodento, Yogyakarta,
sebagai bentuk penghargaan atas kebesaran Jayabaya. Proses
pembangunannya sendiri berakhir pada tahun 1983 silam.
"Bisa juga itu dikatakan peninggalan, meski sebenarnya adalah bangunan baru. Konon
disana adalah pamuksan, atau tempat dimana Raja Jayabaya diyakini terakhir kali ditemui ada di dunia," sambung Zainal.
Bangunan Pemuksan Sri Aji Jayabaya sendiri banyak diyakini memiliki
sisi mistis, dimana dipercaya sebagai tempat yang mujarab untuk
pemanjatan permohonan. Secara fisik bangunannya berpusat pada Loka Muksa
yang terdiri dari lingga dan yoni berbentuk menyatu dengan sebuah manik
(batu bulat berlubang di bagian tengah yang menyerupai mata). Secara
keseluruhan, bangunan ini dikelilingi pagar beton bertulang yang
dilengkapi tiga buah pintu. Konon, tiga pintu ini merepresentasi tingkat
kehidupan kita yang meliputi lahir, dewasa, dan mati.
Di
kompleks yang sama juga didirikan bangunan Loka Busana dan Loka Tahta,
yang dianggap menggambarkan tempat penyimpanan busana Sri Aji Jayabaya
sebelum muksa, serta tempat penyemayaman tahta kekuasaan.
"Disini kalau Kamis malam Jumat Legi dan Selasa Kliwon, pasti ramai. Kalau mau
membuktikan monggo datang kesini," ujar juru kunci pamuksan, Mbah Suratin.
Suratin lantas mengungkapkan, tingkat kemujaraban Pamuksan Sri Aji Jayabaya sebagai
tempat pemanjatan permohonan tak hanya dipercaya masyarakat awam,
melainkan sejumlah pejabat di Indonesia. Sejumlah nama besar diakuinya
rutin datang ke lokasi tersebut, diantaranya Wakil Ketua KPK Bibid Samad
Rianto, mantan Panglima ABRI Wiranto, mantan Pangkostrad yang saat ini
menjabat Ketua HKTI Prabowo, mantan Ketua MPR RI Harmoko, mantan Ketua
DPR RI Akbar Tanjung dan nama-nama lainnya.
"Disini tidak hanya
pejabat, artis juga ada. Saya sendiri kalau diminta menyebut satu
persatu sudah nggak hafal lagi, karena kalau artis biasanya juga yang
datang orang utusan," lanjut Mbah Suratin.
Terkait proses
pendirian Pamuksa Sri Aji Jaya, Mbah Suratin menjelaskan, diawali dari
lelaku rogoh sukmo oleh Bopo Pleret, seorang ahli nujum dari Yayasan
Hondodento yang akhirnya meyakini di Desa Menang adalah lokasi dimana
Raja Jayabaya terakhir kali berada di dunia.
"Mungkin kalau
dinalar tidak bisa. Tapi disinilah saya juga yakin memang disini tempat
dimana Sri Aji Jayabaya muksa," pungkasnya.
Ket Foto:
Pamuksan Sri Aji Jayabaya di Desa Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten
Kediri, dipercaya sebagai lokasi dimaa sang raja Kerajaan Kediri
tersebut terakhir kali ada di dunia sebelum muksa (hilang tanpa jejak).
Posting Komentar