Arca dan Sumur Tua yang Baru Ditemukan di Lokasi yang Diduga adalah Kompleks Candi!

|| || || Leave a komentar
Situs Sumbercangkring (Pare/ Kediri); Arca dan Sumur Tua yang Baru Ditemukan di Lokasi yang Diduga adalah Kompleks Candi!

Aku ga sekalipun pernah mendengar nama Sumbercangkring, apalagi mengetahui bahwa ditempat tersebut ada sebuah situs yang baru ditemukan, ketika seorang kawan mengajakku kesana.

Dari hasil Googling, muncullah artikel ini:

KEDIRI – Penemuan lima buah arca di Dusun Babadan, Desa Sumber Cangkring, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, Jawa Timur menjadi petunjuk keberadaan Kerajaan Kadiri yang selama ini masih misteri.

Berdasarkan banyaknya benda bersejarah yang ditemukan di tempat itu, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan, Jatim menduga pusat kerajaan Kadiri berada di Kecamatan Gurah.

Kepala BP3 Trowulan I Made Kusumajaya mengatakan kelima arca yang ditemukan di Sumber Cangkring itu ternyata tidak berbeda jauh dengan 12 situs Tondowongso.

“Ada kesamaan model pembuatan yang sangat halus dan hebat pada arca ini, dengan situs Tondowongso. Ini dibuat abad XII pada saat transisi Kerajaan Majapahit,” jelas Kusumajaya saat melakukan pemeriksaan dan pengukuran di lokasi penemuan Desa Sumber Cangkring, Rabu (10/9/2008).

Melihat lokasi kedua arca yang hanya berjarak 7 kilometer dan memiliki kesamaan model, lanjutnya, dipastikan ada hubungan sejarah antara kedua benda bersejarah tersebut.

Dari benda yang ditemukan itu, Kusumajaya juga memperkirakan adanya sebuah pusat kegiatan masyarakat atau perkampungan.

Bahkan ia menduga masih terdapat bangunan besar yang berada di dalam tanah lokasi tersebut.

Dugaan itu berdasarkan keberadaan arca kepala raksasa Kala yang terpasang di pintu gerbang rumah atau perkampungan.

Petunjuk lain yang menguatkan keberadaan Kerajaan Kadiri didukung dengan lokasi Kecamatan Gurah yang cukup strategis, yakni agraris dan maritim.

Lokasi itu konon menjadi prioritas bagi penguasa untuk membangun kerajaan agar tidak mudah diserang dari jalur darat dan laut.

Kusumajaya sendiri menduga, pada abad XII terjadi perpindahan ibu kota Kerajaan Majapahit? ke Jawa Timur oleh raja Hayam Wuruk dan patihnya Gajah Mada, akibat munculnya pralaya atau musibah.

“Struktur candi di Gurah ini sangat halus. Ini merupakan ciri candi Jawa Tengah yang diadaptasi ke sini. Jika bukan karena perpindahan orang Jawa Tengah kesini, setidaknya ada perpindahan pusat kerajaan yang menjadi kebiasaan raja Jawa,” jelasnya.

Fakta lain yang menguatkan keberadaan Kerajaan Kadiri ini adalah sebuah sungai yang berada di dekat penemuan arca.

Menurut teori sejarah, bangunan besar kerajaan tidak akan jauh dari sungai.

Apalagi sungai yang ada di desa Sumber Cangkring juga cukup dekat dengan keberadaan peninggalan lain seperti patirtan (pemandian) dan situs Tondowongso.

Untuk mengetahui kemungkinan keberadaan situs lainnya, BP3 Trowulan akan melakukan penggalian kembali usai Ramadan mendatang.

Karena itu Made meminta kebesaran hati warga desa setempat dan Pemerintah Kabupaten Kediri untuk ikut melestarikan peninggalan sejarah (taken from here).

Dan:

KEDIRI- Tm Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan akan melakukan penggalian penemuan benda-benda yang diperkirakan peninggalan zaman Kerajaan Kadiri itu di areal persawahan Dusun Babadan, Desa Sumber Cangkring, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri yang ditemukan warga pada (10/19) lalu.

Menurut Prapto Saptomo Kasi Teknis Pelestarian dan Pemanfaatan BP3 Trowulan, timnya akan melakukan penggalian selama dua minggu yang dimulai pada Jumat hari ini (23/10).”Penggalian harus segera dilaksanakan,setelah kami mendapatkan anggaran dari Pemkab Kediri sebesar Rp20 juta, namun itu belum cair dan terpaksa kami harus nalangi dulu,” kata Prapto pada RADAR Surabaya, Kamis (23/10)

Ditambahkan Prapto, tindakan disegerakanya penggalian ini dikarenakan juga tidak ada kendala terkait masalah tanah, tidak seperti Situs Tondowongso yang harus melakukan ganti rugi.

“Langkah awal yang akan kita lakukan adalah memasang grade 2 x 2 meter, menentukan ketinggian dari permukaan air laut untuk mencari tumpuan tertinggi dan kemudian diratakan,” tambahnya.

Menurutnya, daerah Gurah dan sekitarnya memang merupakan Padewan (pemujaan, red),” Kalau dipetakan maka dibagi tiga yakni Plemahan (tempat bertani, red) Pawongan (pemukiman, red) dan Padewan (pemujaan, red),” jelasnya.

“Tujuan disegerakannya penggalian ini juga untuk menentukan luas situs dan menentukan denah, pagar batas dan luas. Sebenarnya penggalian jika dilakukan hanya dua minggu tidak cukup dan biaya Rp 20 juta,” katanya

Situs Sumber Cangkring terindikasi kuat merupakan bangunan candi, hal ini diperkuat dengan adanya sungai kecil, dua buah umpak (alas tiang rumah dari batu), dan batu besar di sekeliling situs tersebut.

“Adanya relief bergambar Kala dan banyaknya batu bata kuno yang berserakan ini mengindikasikan di dalam tanah ini ada bangunan berbentuk candi. Namun hancur akibat tidak kuat menahan beban arca yang terbuat dari batu. Selain itu melihat fragmen-fragmen yang ditemukan warga bisa disimpulkan, bangunan candi itu rusak akibat bencana alam,” kata Prapto di lokasi penemuan benda cagar budaya di Dusun Babadan bersama tim BP3, Kamis (23/10) .

Diperkirakan bentuk arsitektur candi di Dusun Babadan itu sama dengan candi-candi yang ada di Jawa Tengah yang dibangun pada masa transisi Kerajaan Mataram Hindu.

“Ini sesuai dengan Prasasti Empu Senduk yang menjelaskan, bahwa adanya perpindahan peradaban dari Jateng ke Jatim pada masa kerajaan dulu karena adanya wabah penyakit, bencana alam, dan serangan musuh,” ujar Prapto menambahkan

Namun demikian, lanjut dia, bukan tidak mungkin dalam perkembangannya candi yang ada di Dusun Babadan itu kemudian berubah menjadi areal pemukiman masyarakat Jawa pada abad ke-12.

Seperti diketahui Penggali batu bata di Kabupaten Kediri, secara tidak sengaja kembali menemukan beberapa benda peninggalan bersejarah pada Selasa (9/9).

Benda-benda berupa bangunan candi dan patung berserakan di areal persawahan Dusun Babadan, Desa Sumber Cangkring, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri.

Syai’in (47) dan dua orang temannya, Hasan (27) dan Suprapto (23) tak menyangka jika di dalam tanah yang digali untuk bahan batu bata di tanah kas Desa Sumber Cangkring itu terdapat benda peninggalan bersejarah.

”Kami memang bekerja membuat batu-bata, seperti biasa, kami bertiga menggali tanah milik Pak Imam Syafi’i (Kaur Keuangan Desa Sumber Cangkring) untuk membuat batu bata,” kata Syai’in mengungkapkan awal penemuannya itu.

Ditambahkan Syai’in pada saat menggali tanah di sebelah timur lapangan sepak bola Dusun Babadan itu, tiba-tiba cangkulnya mengenai batu cadas, Kamis (28/8) lalu. Dengan hati-hati ketiga kuli itu menggali tanah di sekitar batu cadas tadi.

Setelah diangkat dari kedalaman satu meter, ternyata batu tadi berupa fragmen gapura candi dengan relief berupa “Kala” sepanjang 48 sentimeter, tebal 35 sentimeter, dan lebar 45 sentimeter.

Dua hari kemudian ketiga orang itu tetap melanjutkan pekerjaannya membuat batu dengan menggali tanah yang berjarak sekitar dua meter sebelah selatan tempat ditemukan gapura candi.

Namun di kedalaman 1,45 meter, Syai’in dan kawan-kawan kembali menemukan benda aneh, Sabtu (30/8) lalu. Mereka pun menggalinya dengan hati-hati. Saat diangkat dari dalam tanah, benda tersebut berupa arca Dwara Pala setinggi 98 sentimeter dengan ketebalan 76 sentimeter dan lebar 28 sentimeter.

Benda yang ditemukan dalam galian sebelah timur arca Dwara Pala itu, bentuknya mirip kepala dewa setinggi 48 sentimeter dengan ketebalan 35 sentimeter dan lebar 45 sentimeter.

Sekitar satu meter di bawah kepala dewa tadi, Syai’in dan kawan-kawan juga menemukan sebuah arca Ganesha yang tingginya hanya 16 sentimeter, tebal 17 sentimeter, dan lebar 17 sentimeter.

Atas penemuan di lahanya oleh oleh anak buahnya tersebut Imam Syafi’i (Kaur Keuangan Desa Sumber Cangkring) kemudian melaporkan temuan tiga warga Dusun Babadan itu kepada petugas kepolisian, lokasi penemuan empat buah benda bersejarah itu mulai dipasangi garis polisi.

Sekedar diketahui lokasi penemuan empat benda di Dusun Babadan itu berjarak sekitar tujuh kilometer dari lokasi penemuan Benda Cagar Budaya (BCB) Situs Tondowongso di Dusun Tondowongso, Desa Gayam, Kecamatan Gurah
/[ 0 komentar Untuk Artikel Arca dan Sumur Tua yang Baru Ditemukan di Lokasi yang Diduga adalah Kompleks Candi!]\

Posting Komentar