skip to main |
skip to sidebar
Home
»
sejarah
»
Arca dan Sumur Tua yang Baru Ditemukan di Lokasi yang Diduga adalah Kompleks Candi!
Unknown || Selasa, 21 Mei 2013 || sejarah ||
Situs Sumbercangkring (Pare/ Kediri); Arca dan Sumur Tua yang Baru Ditemukan di Lokasi yang Diduga adalah Kompleks Candi!
Aku ga sekalipun pernah mendengar nama Sumbercangkring, apalagi
mengetahui bahwa ditempat tersebut ada sebuah situs yang baru ditemukan,
ketika seorang kawan mengajakku kesana.
Dari hasil Googling, muncullah artikel ini:
KEDIRI – Penemuan lima buah arca di Dusun Babadan, Desa Sumber
Cangkring, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, Jawa Timur menjadi
petunjuk keberadaan Kerajaan Kadiri yang selama ini masih misteri.
Berdasarkan banyaknya benda bersejarah yang ditemukan di tempat
itu, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan, Jatim
menduga pusat kerajaan Kadiri berada di Kecamatan Gurah.
Kepala BP3 Trowulan I Made Kusumajaya mengatakan kelima arca yang
ditemukan di Sumber Cangkring itu ternyata tidak berbeda jauh dengan 12
situs Tondowongso.
“Ada kesamaan model pembuatan yang
sangat halus dan hebat pada arca ini, dengan situs Tondowongso. Ini
dibuat abad XII pada saat transisi Kerajaan Majapahit,” jelas Kusumajaya
saat melakukan pemeriksaan dan pengukuran di lokasi penemuan Desa
Sumber Cangkring, Rabu (10/9/2008).
Melihat lokasi kedua
arca yang hanya berjarak 7 kilometer dan memiliki kesamaan model,
lanjutnya, dipastikan ada hubungan sejarah antara kedua benda bersejarah
tersebut.
Dari benda yang ditemukan itu, Kusumajaya juga memperkirakan adanya sebuah pusat kegiatan masyarakat atau perkampungan.
Bahkan ia menduga masih terdapat bangunan besar yang berada di dalam tanah lokasi tersebut.
Dugaan itu berdasarkan keberadaan arca kepala raksasa Kala yang terpasang di pintu gerbang rumah atau perkampungan.
Petunjuk lain yang menguatkan keberadaan Kerajaan Kadiri didukung
dengan lokasi Kecamatan Gurah yang cukup strategis, yakni agraris dan
maritim.
Lokasi itu konon menjadi prioritas bagi penguasa
untuk membangun kerajaan agar tidak mudah diserang dari jalur darat dan
laut.
Kusumajaya sendiri menduga, pada abad XII terjadi
perpindahan ibu kota Kerajaan Majapahit? ke Jawa Timur oleh raja Hayam
Wuruk dan patihnya Gajah Mada, akibat munculnya pralaya atau musibah.
“Struktur candi di Gurah ini sangat halus. Ini merupakan ciri candi
Jawa Tengah yang diadaptasi ke sini. Jika bukan karena perpindahan
orang Jawa Tengah kesini, setidaknya ada perpindahan pusat kerajaan yang
menjadi kebiasaan raja Jawa,” jelasnya.
Fakta lain yang menguatkan keberadaan Kerajaan Kadiri ini adalah sebuah sungai yang berada di dekat penemuan arca.
Menurut teori sejarah, bangunan besar kerajaan tidak akan jauh dari sungai.
Apalagi sungai yang ada di desa Sumber Cangkring juga cukup dekat
dengan keberadaan peninggalan lain seperti patirtan (pemandian) dan
situs Tondowongso.
Untuk mengetahui kemungkinan keberadaan
situs lainnya, BP3 Trowulan akan melakukan penggalian kembali usai
Ramadan mendatang.
Karena itu Made meminta kebesaran hati
warga desa setempat dan Pemerintah Kabupaten Kediri untuk ikut
melestarikan peninggalan sejarah (taken from here).
Dan:
KEDIRI- Tm Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan
akan melakukan penggalian penemuan benda-benda yang diperkirakan
peninggalan zaman Kerajaan Kadiri itu di areal persawahan Dusun Babadan,
Desa Sumber Cangkring, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri yang ditemukan
warga pada (10/19) lalu.
Menurut Prapto Saptomo Kasi
Teknis Pelestarian dan Pemanfaatan BP3 Trowulan, timnya akan melakukan
penggalian selama dua minggu yang dimulai pada Jumat hari ini
(23/10).”Penggalian harus segera dilaksanakan,setelah kami mendapatkan
anggaran dari Pemkab Kediri sebesar Rp20 juta, namun itu belum cair dan
terpaksa kami harus nalangi dulu,” kata Prapto pada RADAR Surabaya,
Kamis (23/10)
Ditambahkan Prapto, tindakan disegerakanya
penggalian ini dikarenakan juga tidak ada kendala terkait masalah tanah,
tidak seperti Situs Tondowongso yang harus melakukan ganti rugi.
“Langkah awal yang akan kita lakukan adalah memasang grade 2 x 2
meter, menentukan ketinggian dari permukaan air laut untuk mencari
tumpuan tertinggi dan kemudian diratakan,” tambahnya.
Menurutnya, daerah Gurah dan sekitarnya memang merupakan Padewan
(pemujaan, red),” Kalau dipetakan maka dibagi tiga yakni Plemahan
(tempat bertani, red) Pawongan (pemukiman, red) dan Padewan (pemujaan,
red),” jelasnya.
“Tujuan disegerakannya penggalian ini juga
untuk menentukan luas situs dan menentukan denah, pagar batas dan luas.
Sebenarnya penggalian jika dilakukan hanya dua minggu tidak cukup dan
biaya Rp 20 juta,” katanya
Situs Sumber Cangkring
terindikasi kuat merupakan bangunan candi, hal ini diperkuat dengan
adanya sungai kecil, dua buah umpak (alas tiang rumah dari batu), dan
batu besar di sekeliling situs tersebut.
“Adanya relief
bergambar Kala dan banyaknya batu bata kuno yang berserakan ini
mengindikasikan di dalam tanah ini ada bangunan berbentuk candi. Namun
hancur akibat tidak kuat menahan beban arca yang terbuat dari batu.
Selain itu melihat fragmen-fragmen yang ditemukan warga bisa
disimpulkan, bangunan candi itu rusak akibat bencana alam,” kata Prapto
di lokasi penemuan benda cagar budaya di Dusun Babadan bersama tim BP3,
Kamis (23/10) .
Diperkirakan bentuk arsitektur candi di
Dusun Babadan itu sama dengan candi-candi yang ada di Jawa Tengah yang
dibangun pada masa transisi Kerajaan Mataram Hindu.
“Ini
sesuai dengan Prasasti Empu Senduk yang menjelaskan, bahwa adanya
perpindahan peradaban dari Jateng ke Jatim pada masa kerajaan dulu
karena adanya wabah penyakit, bencana alam, dan serangan musuh,” ujar
Prapto menambahkan
Namun demikian, lanjut dia, bukan tidak
mungkin dalam perkembangannya candi yang ada di Dusun Babadan itu
kemudian berubah menjadi areal pemukiman masyarakat Jawa pada abad
ke-12.
Seperti diketahui Penggali batu bata di Kabupaten
Kediri, secara tidak sengaja kembali menemukan beberapa benda
peninggalan bersejarah pada Selasa (9/9).
Benda-benda
berupa bangunan candi dan patung berserakan di areal persawahan Dusun
Babadan, Desa Sumber Cangkring, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri.
Syai’in (47) dan dua orang temannya, Hasan (27) dan Suprapto (23)
tak menyangka jika di dalam tanah yang digali untuk bahan batu bata di
tanah kas Desa Sumber Cangkring itu terdapat benda peninggalan
bersejarah.
”Kami memang bekerja membuat batu-bata, seperti
biasa, kami bertiga menggali tanah milik Pak Imam Syafi’i (Kaur
Keuangan Desa Sumber Cangkring) untuk membuat batu bata,” kata Syai’in
mengungkapkan awal penemuannya itu.
Ditambahkan Syai’in
pada saat menggali tanah di sebelah timur lapangan sepak bola Dusun
Babadan itu, tiba-tiba cangkulnya mengenai batu cadas, Kamis (28/8)
lalu. Dengan hati-hati ketiga kuli itu menggali tanah di sekitar batu
cadas tadi.
Setelah diangkat dari kedalaman satu meter,
ternyata batu tadi berupa fragmen gapura candi dengan relief berupa
“Kala” sepanjang 48 sentimeter, tebal 35 sentimeter, dan lebar 45
sentimeter.
Dua hari kemudian ketiga orang itu tetap
melanjutkan pekerjaannya membuat batu dengan menggali tanah yang
berjarak sekitar dua meter sebelah selatan tempat ditemukan gapura
candi.
Namun di kedalaman 1,45 meter, Syai’in dan
kawan-kawan kembali menemukan benda aneh, Sabtu (30/8) lalu. Mereka pun
menggalinya dengan hati-hati. Saat diangkat dari dalam tanah, benda
tersebut berupa arca Dwara Pala setinggi 98 sentimeter dengan ketebalan
76 sentimeter dan lebar 28 sentimeter.
Benda yang ditemukan
dalam galian sebelah timur arca Dwara Pala itu, bentuknya mirip kepala
dewa setinggi 48 sentimeter dengan ketebalan 35 sentimeter dan lebar 45
sentimeter.
Sekitar satu meter di bawah kepala dewa tadi,
Syai’in dan kawan-kawan juga menemukan sebuah arca Ganesha yang
tingginya hanya 16 sentimeter, tebal 17 sentimeter, dan lebar 17
sentimeter.
Atas penemuan di lahanya oleh oleh anak buahnya
tersebut Imam Syafi’i (Kaur Keuangan Desa Sumber Cangkring) kemudian
melaporkan temuan tiga warga Dusun Babadan itu kepada petugas
kepolisian, lokasi penemuan empat buah benda bersejarah itu mulai
dipasangi garis polisi.
Sekedar diketahui lokasi penemuan
empat benda di Dusun Babadan itu berjarak sekitar tujuh kilometer dari
lokasi penemuan Benda Cagar Budaya (BCB) Situs Tondowongso di Dusun
Tondowongso, Desa Gayam, Kecamatan Gurah
Posting Komentar