skip to main |
skip to sidebar
Unknown || Selasa, 21 Mei 2013 || sejarah ||
Kekeramatan Gunung Kelud Kediri
Kekeramatan Gunung Kelud Kediri, Ritual Sesaji Sarana Raih Wangsit
Gunung Kelud merupakan salah satu tujuan wisata di Jatim yang cukup
tersohor. Di balik keistimewaan tersebut, Gunung Kelud diselimuti kabut
misteri terkait keberadaan gunung berpuncak strato ini.
RITUAL
sesaji Gunung Kelud taklepas dari sejarah yang terjadi pada masa
Kerajaan Kadiri. Pada saat itu, putri Raja Kadiri, yaitu Dewi Kilisuci
dilamar oleh 2 raja yang bukan dari bangsa manusia, Lembu Suro dan
Mahesa Suro.
Namun dengan segala tipu dayanya, Dewi Kilisuci
berhasil menghindari pinangan dari kedua raja tersebut. Atas kegagalan
dan tipu daya Dewi Kilisuci itulah, Lembu Suro, salah satu raja yang
tertipu, sempat mengucapkan kutukan kepada orang Kadiri. “Yoh wong
Kadiri, mbesuk bakal pethuk piwalesku sing makaping kaping, yoiku Kadiri
bakal dadi kali, Blitar dadi latar, Tulungagung bakal dadi Kedung. (Ya,
orang Kadiri besok akan mendapatkan balasanku yang sangat besar. Kadiri
bakal jadi sungai, Blitar akan jadi daratan, dan Tulungagung menjadi
danau,” kutukan dari Lembu Suro pada saat tertipu oleh Dewi Kilisuci.
Sementara itu, karena usahanya gagal mempersunting Dewi Kilisuci,
putri Raja Kadiri, Lembu Suro dipenuhi oleh angkara murka. Sifat
angkara murka itulah yang pada akhirnya membunuh Lembu Suro dengan cara
dimasukkan ke dalam kawah Gunung Kelud oleh pasukan Kerajaan Majapahit
yang memburunya.
Dari legenda ini, akhirnya masyarakat lereng
Gunung Kelud melakukan sesaji sebagai tolak bala sumpah itu yang
disebut ritual sesaji Gunung Kelud sejak tahun 2005 lalu. “Serta
sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan YME atas hasil bumi yang melimpah
serta keganasan Gunung Kelud yang setiap saat meletus mengelurkan
erupsinya,” ungkap Mbah Ronggo.
Tengara Musibah
Sementara
itu, terkait dengan ritual sesaji yang digelar masyarakat lereng Gunung
Kelud pada 2007 silam, tatkala ritual digelar, sesepuh Mbah Ronggo
dalam ritualnya mendapati wangsit gaib. Yaitu berupa pesan terjadinya
pertanda besar menyoal keberadaan Gunung Kelud yang terletak 40
kilometer dari kota Kediri yang memiliki keunikan di puncaknya, yakni
berbentuk strato dengan danau kawah di tengahnya walaupun danau kawah
itu saat ini telah berubah bentuk menjadi kubah lava. Wangsit tersebut
mengatakan, “Le, sing ati-ati arep liwat Danyang Gunung Kelud,” tutur
Mbah Ronggo mengenai pesan gaib yang merupakan pesan jika Gunung Kelud
akan meletus.
Terbukti, tahun 2007 Gunung Kelud meletus dengan
letusan terakhir bersifat efusif (mengalirkan material), berbeda dari
latusan sebelumnya yang bersifat eksplosit (menyemburkan material).
Akibat letusan terakhir, danau kawah Gunung Kelud yang berwarna hijau
berubah menjadi kubah lava yang mengalirkan material berwarna hitam dari
dalam perut gunung. Ketinggian kubah saat ini mencapai 250 meter
dengan lebar sekitar 400 meter.
Sepanjang sejarahnya, gunung
ini tercatat mengalami 29 kali letusan, baik eksplosif maupun efusif,
mulai tahun 1000 sampai tahun 2007. Erupsi eksplosifnya mampu
menghancurkan ratusan desa di sekitarnya, termasuk ribuan hektare
lahan pertanian dan menewaskan ribuan warga. Sebagai gambaran, lima
letusan terakhirnya saja memakan korban 5.400 jiwa.
Berdasarkan
pengamatan letusan selama tiga abad berturut-turut, waktu istirahat
terpanjang aktivitas dalam perut Gunung Kelud adalah 65-76 tahun,
tetapi pernah pula hanya tiga tahun. Sejak letusan tahun 1901, waktu
istirahat gunung itu menjadi lebih singkat, yaitu 15-31 tahun, bahkan
pernah mencapai masa paling singkat, yaitu satu tahun.
Meski
demikian, pesona gunung yang secara geografis berada di posisi 7.056′
Lintang Selatan dan 112.018,5′ Bujur Timur dengan ketinggian 1.650 meter
di atas dataran Kediri atau 1.731 meter di atas permukaan laut ini juga
memiliki sungai air panas yang selalu dibalut dengan kabut putih
pekat.
Kelebihan lain, pembangunan wisata ini ditunjang
dengan fasilitas jalan menuju ke kawasan yang beraspal hotmix sampai ke
ujung terowongan menuju kawah. Hal ini memudahkan pengunjung yang
ingin menjangkaunya dengan berbagai jenis kendaraan, baik roda dua
maupun roda empat, bahkan sepeda pancal.
Menurut Kepala Kantor
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri Mujianto, terdapat tidak
kurang dari 1.000 pengunjung pada hari libur. Pada saat diadakan
kegiatan tertentu seperti ritual sesaji, jumlah pengunjung bisa
menembus 10.000 orang dalam satu hari.
Oleh karena itulah
momentum ritual sesaji yang dulu hanya upacara adat biasa sengaja
dikemas cantik, sebagai pesona baru Gunung Kelud yang diharapkan mampu
mendongkrak kunjungan wisatawan lokal ataupun mancanegara.
Posting Komentar